Langsung ke konten utama

Unggulan

We Lived Here

 

It’s not about the events that happen in our live, but our interpretation of them, which causes us to feel good or bad about something.

Beberapa waktu yang lalu sempat ngerasa kesal karena suatu hal. Kesal yang masih bisa dipendam sih, tapi sedikit kecewa juga karena kesal itu berasal dari hal-hal yang diluar ekspektasi. Yaa, pernah berekspektasi tentang suatu hal nggak? Kalau aku sering. Paling capek berekspektasi mungkin dulu saat di fase ambis akan semua hal. Sekarang mulai mengurangi untuk berekspektasi, karena seringnya malah kecewa sendiri.  Mulai mengurangi ekspektasi dari hal kecil, misalnya; warna lipstik yang aku beli secara online kadang tone nya sedikit berbeda. Dan yang paling butuh effort untuk nggak berekspektasi itu justru terhadap diri sendiri. Kadang ekspektasi dan harapan susah dibedakan, menurut ku.

Pandangan saat masih anak-anak melihat kehidupan orang dewasa itu menyenangkan, saat udah di fase menuju dewasa ternyata berliku juga. Pov anak sekolahan terhadap kakak-kakak di kampus kayaknya seru karena bebas mau ootd-an, ternyata saat dijalani yang dipikirkan bukan cuma outfit, banyak hal random tapi terstruktur yang harus disesuaikan dengan berbagai hal. Saat stuck dengan dunia perkuliahan, berandai-andai kalau sudah bekerja pasti akan lebih senang, tapi ternyata tetap ada mengeluh karena ini itu yang nggak perlu dijelaskan disini. Ekspektasi tentang dunia kerja juga bervariasi; saat menjalani rutinitas kerjaan yang terjadwal atau terikat, pergi pagi pulang sore bahkan terkadang sering lembur dan berganti shift, mengkhayal kalau kerjaan virtual pasti lebih santai dan nggak harus spend waktu, tenaga dan bisa menekan cost walau sebatas transportrasi, muncul tiba-tiba. Saat kerjaan virtual dijalani, ternyata masih ada “ternyata-nya”. Ternyata sebagai pekerja virtual ada juga fase mengeluh, rasa bosan dan jenuhnya. Tiba-tiba suka rindu moment jam istirahat, jajan dan makan bersama rekan. Itu aja yang aku kangenin dari dunia WFO-ku. Dan sekarang aku lagi difase ini. When doing something there will always be other expectations for other things, it will always happen and will be felt. It depands on yourself what and how you want to do it.

Perihal ekspektasi juga bukan cuma berkaitan dengan ekspektasi yang diciptakan diri sendiri. Ekspektasi dari lingkungan keluarga dan sosial juga nggak ada habisnya. Mungkin keluarga inti nggak secara gamblang mengungkapkan keinginan (re; ekspektasi) nya, but we know our parents feel about us.  Ekspektasi sosial tuntutannya juga nggak abis pikir. Pandangan bagi seseorang yang sudah menempuh pendidikan tinggi harusnya bekerja di kantor, harusnya jenis pekerjaannya begini, harusnya di perusahaan atau dilembaga yang prestige, harusnya lokasi kantornya mentereng dan keharusan ekspektasi berkedok tuntutan lainnya akan terus tercipta dan bervariasi macamnya. Ini salah satu ekspektasi sosial, masih salah satu.



There are many things that sometimes make a person stressed because of the many expectations in their life. Even though you don’t have to make all of that happen, expectations will definitely still be on the label of life.

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer